Selasa, 20 Oktober 2009

18 juni 2009, 22.21

merangkai kata merajut doa
satu demi satu jejak kaki terukir
ku melangkah gontai menuju balik mimpi,
kasihkan temani
hingga mata ini terpejam,
terlelap dan terhanyut
dengan alunan mimpi para pengkhayal sejati
yang cukup puas dengan khayalnya
walau tak pernah ia bisa menggapainya

Senin, 19 Oktober 2009

leukorea

LEUKOREA


  1. DEFINISI

  1. Cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.

  2. Discharge yang berlebihan berupa mukus putih yang berasal dari vagina (excessive discharge of white mucus from the vagina).

  3. Keputihan dalam bahasa medis dikenal sebagai leukorea, fluor albus. Leukorea adalah cairan yang keluar dari alat genital wanita yang tidak berupa darah melainkan berupa keputihan yang banyak dialami wanita usia produktif tapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada anak-anak dan usia tua.

  4. Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.

  5. Leukorea (Fluor albus, keputihan) adalah cairan yang keluar pervaginam secara berlebihan selain darah yang membasahi vestibulum dan vagina, dan memberikan keluhan subjektif pada penderita (Purnawan Junadi, 684).

Sinonim: Leukorea, leukorrhea, leucorrhea, leucorrhoea, whites, white discharge, fluor albus.

Untuk membedakan keputihan yang normal dengan yang tidak normal bisa dengan melihat bentuk fisik dan material dari cairan itu sendiri. Untuk keputihan yang normal, terdiri atas cairan berupa mukus yang mengandung selaput lendir vagina (epitel) tanpa atau hanya sedikit disetai sel darah putih (leukosit). Sedangkan bentuk fisiknya sendiri lebih cenderung berwarna agak jernih, bening, licin dan tidak berbau. Dari segi jumlahnya juga tidak terlalu banyak. Kalau warnanya ada yang agak menguning itu karena terkontaminasi udara yang kemudian mengering.

Sedangkan untuk keputihan yang tidak normal, materialnya kurang lebih hampir sama dengan yang normal namun lebih banyak mengandung sel darah putih. Jika dilihat dari bentuk fisik, cairannya lebih berupa getah yang berwana kuning pekat, kehijauan atau kecoklatan jumlahnya sangat banyak dan berbau, tidak jarang disertai rasa nyeri atau panas dan gatal pada vagina. Keluarnya cairan dikatakan normal jika terjadi sebelum haid, sesudah haid, pada pertengahan siklus atau pada saat ovulasi, serta saat mendapat rangsangan sex.

Hal ini normal terjadi pada semua wanita dimasa produksi. Cairan yang keluar dimasa-masa itu akan berupa cairan berbentuk jernih, agak kental, tidak berbau, tidak mengalir dan ph keasamannya antara 3,5 hingga 4,5. Cairan ini biasanya akan hilang dalam beberapa hari tanpa keluhan apapun.

  1. KLASIFIKASI LEUKOREA

    1. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang.

Ciri-ciri leukorea fisiologis:

        1. Berupa cairan, terkadang mukus.

        2. Banyak epitel.

        3. Jarang ditemukan leukosit.

Leukorea fisiologik ditemukan pada:

  1. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari;disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin;

  2. Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea di sini hilang seniri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya;

  3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina;

  4. Waktu disekitar ovulasi; dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer

  5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion persionis uteri.






    1. Leukorea patologik

Ciri-ciri leukorea fisiologis:

  1. Berupa cairan, terkadang mukus.

  2. Banyak epitel.

  3. Jarang ditemukan leukosit.

Penyebab paling penting dari leukorea patologik adalah infeksi. Disini ditemukan:

    1. Banyak leukosit

    2. Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau, radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul.

Ciri-ciri leukorea patologis:

  1. Banyak ditemukan leukosit.

  2. Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau.

  3. Lebih kental dan berbau.

  4. Biasanya disebabkan karena infeksi.

Penyebab leukorea patologis:

Infeksi

  1. Radang vulva

  2. Radang vagina

  3. Radang serviks

  4. Radang kavum uteri

Leukorea patologis dapat timbul karena:

  1. Radang yang disebabkan oleh: trikomoniasis, kandidiasis, gonore, vaginitis senilis, endoservitis akut atau kronis, vaginitis hemofilus vaginalis.

  2. Iritasi benda asing yang dapat disebabkan oleh iritasi khemis/ iritasi vagina (vaginal jelly), adanya benda asing (tampon, pesarium atau IUD).

  3. Tumor yang dapat berupa tumor jinak, seperti polip, mioma uteri, kista atau dapat berupa tumor ganas (kanker serviks).





  1. EPIDEMIOLOGI

Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.

  1. ETIOLOGI

Leukorea fisiologis dapat terjadi karena kehamilan, premenstrual, pasca menstruasi, pasca partum, ovulasi dan pasca coitus. Sedangkan leukore patologis dapat disebabkan oleh radang, iritasi/ benda asing atau adanya proses keganasan.

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

  1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

  2. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukorea disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

  3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

  4. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.

  5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.

Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh :

  1. Infeksi :

    1. Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus

    2. Jamur : Candida albicans

    3. Protozoa : Trichomonas vaginalis

    4. Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus

  2. Iritasi :

    1. Sperma, pelicin, kondom

    2. Sabun cuci dan pelembut pakaian

    3. Deodorant dan sabun

    4. Cairan antiseptic untuk mandi.

    5. Pembersih vagina.

    6. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

    7. Kertas tisu toilet yang berwarna.

  3. Tumor atau jaringan abnormal lain

  4. Fistula

  5. Benda asing

  6. Radiasi

  7. Penyebab lain :

    1. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

    2. Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

Ada empat hal yang menyebabkan timbulnya keputihan:

  1. Kondisi Tubuh

Akibat penyakit kronis yang menahun yang dapat melemahkan daya tahan tubuh orang tersebut sehingga menyebabkan keluarnya cairan keputihan secara berlebihan dan juga bisa terjadi pada wanita yang senantiasa tegang atau stress.

  1. Kelainan Endokrin Atau Hormone

Disini sebagai contoh pada saat hamil atau terjadi perubahan hormonal, terjadi suasana asam menjadi basa sehingga mengakibatkan banyak ibu hamil mendapat jamur. Apabila ini tidak segera diobati maka akan menyebabkan ketuban pecah dini.

  1. Infeksi

Infeksi dapat berasal dari bermacam-macam organ reproduksi, misalkan infeksi vulva, vagina, mulut rahim, selaput lendir rahim dan saluran telur. Semua infeksi ini dapat memberikan gambaran berupa keputihan. Infeksi vulva umumnya disebabkan oleh kuman GO (gonorrhea (gonore)), chlamydia, dan herpes simplex. Infeksi lain disebabkan jamur candida (candidiasis), bakteri (vaginosis) dan parasit tricomonas vaginatis

  1. Benda Asing

Benda asing ini bermacam-macam seperti kondom, benang IUD yang tertinggal didalam vagina, kelainan fistula akibat persalinan atau tindakan operasi, hubungan antara rektum dengan vagina atau antara kandung kencing dengan vagina, serta tissue pembasuh.

  1. PATOGENESIS

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.

Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

  1. GEJALA KLINIS

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:

  1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

  2. Sekret vagina yang bertambah banyak

  3. Rasa panas saat kencing

  4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

  5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual

Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis.

Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius

Infeksi klamidia. Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal

  1. INSIDEN

Bakteri Vaginosis

40 - 50 % pada masa reproduksi 10 – 40 % sisanya 75 % dari wanita pernah mengalami kandidiasis paling tidak minimal satu kali. 24,6 % dari apusan vagina yang diambil secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukan adanya trikomonas vaginalis.

Symptom Vulvovaginitis

Bakterial Vaginosis

Sekitar 50 % dari wanita dengan bakterial vaginosis tidak memiliki gejala-gejala utama bakterial vaginosis :

  1. Discharge ”Fishly Smelling”, yang lebih terasa setelah melakukan hubungan seksual dan menstruasi.

  2. Discharge berwarna putih susu atau abu-abu, encer, timbul rasa gatal dan terbakar.

Candida Vulvovaginitis

Gejala :

  1. Gatal

  2. Rasa perih

  3. Saat melakukan hubungan seksual terasa sakit

  4. Discharge vagina kental, putih, berbutir-butir (”like cottage
    cheese”).

Cyclic Vulvovaginitis

    1. Kadang asimptomatis

    2. Vaginal discharge sedikit

    3. Nyeri setelah berhubungan seksual

Trikomonas
Seperti sexual transmitted disease lainya yang sering terjadi tanpa gejala, trikomonas juga sering tanpa gejala, tapi jika ada gejala biasanya akan muncul hari ke 4 – 20 setelah infeksi.





Gejala :

  1. Disuria

  2. Dispareunia

  3. Discharge berwarna kuning kehijauan dan berbuih

  4. Discharge khas berbau tidak sedap

  5. Pada beberapa kasus ditemukan adanya pendarahan pada vagina

Atrofik Vaginitis

Gejala :

  1. Dispareunia

  2. Kering

  3. Perih dan gatal

  4. Flek

  5. Jika terkena selaput lendir uretra menyebabkan disuria dan
    hematuria.

  6. Mukosa vagina pucat

  7. Rugae vagina menghilang, kering dan saat pemeriksaan inspekulo
    terasa perih.

Allergic Vaginitis / Irritan

Gejala :

  1. Vulva pruritus

  2. Erythema

  3. Oedem

Pada umumnya symptom vulvovaginitis :

    1. Fluor albus

    2. Gatal

    3. Iritasi

    4. Bau busuk

    5. Rasa tidak enak / nyaman di abdomen bawah

    6. Disuria (jika mengenai endotel uretia)

    7. Suprapubik tidak nyaman

  1. DIAGNOSTIK
    Diagnosis etiologik
    Leukorea harus berdasar pada:

  1. Anamnesis: apakah keputihan yang terjadi itu terus menerus atau kadang-kadang, apakah ada hubungannya dengan fase-fase haid, bagaimana sifat Leukoreanya, apakah lendir, berwarna keputihan atau atau kekuningan. Bagaimana sekret vagina apakah banyak, sedikit. Apakah menimbulkan rasa gatal yang hebat. Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna Leukorea, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain

  2. Pemeriksaan umum seperlunya (disesuaikan dengan keluhan dari penderita).

  3. Pemeriksaan ginekologik.

Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan ini harus dikerjakan secara sistematik, dilanjutkan dengan inspeksi vulva (apakah ada tanda bekas garukan, apakah vulva basah), palpasi kelenjar bartholini dan kelenjar skene, selanjutnya pemeriksaan yang menggunakan spekulum untuk melihat serviks, pemeriksaan ini sangat penting karena sebagian besar dai lekore berasal dari serviks. Pada akhirnya dilakukan pemeriksan bimanual untuk menetukan posisi dan besarnya uterus dan keadaan parametrium, malposisi dapat menyebabkan bendungan vena sehingga menyebabkan hipersekresi kelenjar endoserviks.

  1. Pemeriksaan laboratorik

Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive disbanding pemeriksaan mikroskopik.





Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:

        1. Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,

        2. Adanya bau amis setelah penetesan koh 10% pada cairan vagina,

        3. Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,

        4. Ph vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

Lakukan pemeriksaan sediaan basah untuk menentukan adanya Trichomoniasis Vaginalis dan Candida Albicans. Lakukan pulasan gram atau pap smear pulasan ini untuk menentukan gonoroe dan bakteri lain.

Leukorea Fisiologik

Sejumlah sekret mukoid dari kelenjar endoserviks selalu ada dalam vagina yang berfungsi dalam mempertahankan kelembaban vagina. Sekret ini tampak bening jika baru keluar dari serviks dan kemudian menjadi agak keruh karena mengandung sedikit lekosit dan flora vagina yang sebagian besar terdiri dari basil doderline. Asam laktat menyebabkan pH vagina rendah dan keasaman ini menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Proliferasi epitel, pH vagina dan sekresi kelnjar endoserviks vagina bergantung pada kadar estrogen dalam darah. Pada wanita yang baru lahir epitel vaginanya lebih tebal, pH rendah dan ada sekresi mukoid dari kelenjar endoserviks karena estrogen berasal dari ibu. Setelah bayi berumur 1 bulan dan selama masa kanak-kanak epitel vagina menjadi tipis. Menjelang menarche kadar estrogen mengalami peningkatan, sehingga epitel vagina menjadi tebal lagi, pH rendah dan vagina menjadi lebih basah. Selama masa reproduksi sekret vagina juga berubah-ubah menurut kadar estrogen dan progestron. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pada fase pasca menstruasi sedikit

  2. Pada fase proliferatif, makin lama makin banyak

  3. Pada fase ovulasi paling banyak

  4. Pada fase pasca ovulasi, makin lama makin sedikit

  5. Pada fase premenstruasi dapat bertambah banyak lagi

  6. Pada fase menopause epitel vagina menjadi tipis, pH meningkat dan vagina menjadi lebih kering, terdapat variasi individual, yaitu ada yang mengeluarkan sekret lebih banyak atau sedikit.

Stimulasi seksual baik fisik maupun emosional dapat menyebabkan sekresi bertambah. Dalam kehamilan kadar hormon tinggi sehingga menyebabkan hipersekresi kelenjar endoserviks.

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :

  1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.

  2. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius

  3. Sitologi vagina

  4. Kultur sekret vagina

  5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis

  6. Ultrasonografi (USG) abdomen

  7. Vaginoskopi

  8. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal

  9. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes

  10. Pemeriksaan PH vagina.

  11. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 %

  12. Pulasan dengan pewarnaan gram .

  13. Pap smear.

  14. Biopsi.

  15. Test biru metilen














  1. PENATALAKSANAAN

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.

Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

  1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

  2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.

  3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

  4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.

  5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

  6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

  7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.(8)

Tujuan pengobatan

  1. Menghilangkan gejala

  2. Memberantas penyebabrnya

  3. Mencegah terjadinya infeksi ulang

  4. Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Leukorea Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.

Leukorea Patologi : Tergantung penyebabnya

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

  1. Candida albicans

  1. Topikal

    1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

    2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

    3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

  1. Sistemik

  1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

  2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

  3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal

  4. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal.

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

  1. Chlamidia trachomatis

  1. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)

  2. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila

  4. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari

  5. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

  6. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

  1. Gardnerella vaginalis

  1. Metronidazole 2 x 500 mg

  2. Metronidazole 2 gram dosis tunggal

  3. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

  4. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

  1. Neisseria gonorhoeae

  1. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau

  2. Amoksisiklin 3 gr im

  3. Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :

    1. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau

    2. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

    3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

    4. Tiamfenikol 3,5 gram oral

    5. Kanamisin 2 gram im

    6. Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

  1. Seftriaxon 250 mg im atau

  2. Spektinomisin 2 mg im atau

  3. Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah

  1. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau

  2. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

  3. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

  1. Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

  1. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

  2. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari

  3. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

  1. Penyebab lain :

Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.

  1. PROGNOSIS

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif















DAFTAR PUSTAKA



Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, dkk, editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2001

Wiknjosastro H, dkk. (ed.). Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 1999

http://obsgin-fkunram.blogspot.com/2009/02/flour-albus-leukorea.html

http://one.indoskripsi.com/node

http://aslimtaslim.blogspot.com/













injeksi sub cutan

SUB CUTAN

A. Pengertian
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis.
B. Tujuan
Sebagai acuan dan langkah-langkah dalam pelaksanaan pemberian Injeksi Sub Cutan pada pasien
C. Kebijakan
Ruang Lingkup Pasien Gawat Darurat yang skin test untuk obat-obatan tertentu atau untuk observasi pada penyakit tertentu atas instruksi dokter.
D. Lokasi
Lokasi injeksi subkutan :
· lengan atas sebelah luar
· paha bagian depan
· perut
· area scapula
· area ventrogluteal
· area dorsogluteal
Prinsip injeksi subkutan :
· bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau edema
· area kulit yang akan diinjeksi diregangkan
· sudut 45°
· aspirasi tidak boleh ada darah
· massage pada daerah injeksi setelah injeksi
Pada pemakaian injeksi subkutan untuk jangka waktu yang alam, maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Dalam pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu larutan yang jernih dan larutan yang keruh.
Larutan jernih adalah insulin tipe reaksi cepat (insulin regular) dan larutan keruh adalah tipe lambat karena adanya penambahan protein yang memperlambat absorbsi obat.
E. Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan berupa :
a. Buku catatan rencana/ order pengbatan
b. Vial atau ampul berisi obat yang akan diberikan
c. Spuit dan jarum steril (spuit 2ml, jarun ukuran 25 gauge, 5/8-1/2 inci)
d. Kapas anti septic steril
e. Kassa steril untul membuka ampul (bila diperlukan)
f. Bak instrumen
g. Bengkok
h. Perlak dan alasnya
2. Perawat mencuci tangan.
3. Membaca etiket, dosis, dan cara pemberian obat.
4. Masukkan obat dari vial atau ampul ke dalam tabung spuit dengan cara yang benar.
5. Mengeluarkan udara dari spuit injeksi.
6. Menanyakan dan memastikan nama pasien.
7. Beritahu pasien dan atur dalam posisi yang nyaman (jangan keliru pasien; Bantu pasien pada posisi yang mana, lengan, kaki, atau perut yang akan digunaka injeksi sehingga dapat rileks).
8. Pilih area tubuh yang tepat, kemudian usap dengan kapas antiseptik dari tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi.
9. Siapkan spuit, lepas kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptik kering.
10. Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-jari pada area injeksi dengan telapak tangan menghadap ke arah samping atau atas untuk krmiringan 45° atau dengan telapak tangan menghadap ke bawah untuk kemiringan 45°. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk mengangkat kulit, lalu secara hati-hati dan mantap tangan yang lain menusukkan jarum. Lakukan aspirasi, bila muncul darah maka segera cabut spuit untuk dibuang dan diganti spuit dan obat baru. Bila tidak muncul darah, maka pelan-pelan dorong obat ke dalam jaringan
11. Cabut spuit dengan cepat dan hati-hati lalu usap dan massage pada area injeksi. Bila tempat penusukan mengeluaran darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan berhenti.
12. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (mencegah cidera bagi perawat) pada tempat pembuangan secara benar.
13. Merapikan pasien.
14. Perawat mencuci tangan.
15. Catat tindakan yang telah dilakukan
16. Kaji keefektifitasan obat.
F. Insulin
Insulin merupakan hasil recombinasi DNA yang digunakan secara genetis dengan memodifikasi Escchereia Coli. Organisme ini mensintese setiap rantai insulin menjadi seperti asam amino yang sama seperti insulin manusia. Ikatan-ikatan kimia ini yang akhirnya menghasilkan human insulin.
Cara Mencampur Insulin
Pemberian insulin campuran antara short-intermediet acting atau long acting insulin mengakibatkan kadar gula darah klien lebih bagus daripada single type insulin. Pada pemberian insulin campuran ini harus tepat dan benar agar insulin yang ada di dalam botol tidak bercampur dengan insulin yang ada di spuit yang dapat mengakibatkan lisis.
Adapun langkah-langkah pencampurannya adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan
2. Baca etiket botol insulin, tipe dan tanggal kadaluarsanya
3. Putar setiap botol insulin secara gantle diiatas telapak tangan agar isi insulin merata
4. Usap tutup botol dengan alcohol
5. Injeksi 20 unit udara ke dalam NPH insulin. {jumlah udara yang dimasukkan ke dalam botol sesuai dengan dosis unit yang diperlukan}. Selalu mendahulukan menginjeksi udara ke dalam insulin yang berdurasi kerja lebih lama.
6. Injeksikan udara 10 unit ke dalam botol insulin reguler. Jummlah udara yang diinjeksikan harus sama degan dosis insulin yang diberikan
7. Hisap 10 unit insulin reguler Pastikan bahwa tidak ada udara dalam spuit, selalu hisap dahulu insulin yang mempunyai masa kerja lebih pendek
8. Hisap 2 unit insulin NPH dengan spuit yang telah berisi insulin reguler 10 uniit. Hati-hati jangan sampai insulin reguler terinjeksi ke botol insulin NPH.
9. Jumlah insulin dalam satu spuit dharus menjadi 30 unit
Efek Samping Insulin
Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk metabolisme glukosa timbul reaksi hipoglikemia atau syok insulin, dapat diatasi dengan memberikan gula peroral atau intravena meningkatkan pemakaian insulin.
Pada keadaan dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak dapat dimetabolismesasikan sehingga terjadi metabolisme lemak, pemakaian asam lemak [ keton ] untuk energi menimbulkan ketoasidosis.
Reaksi hipoglikemia dan ketoasidosis diabetikum
Reaksi tanda dan gejala
Reaksi Hipoglikemik [ syok insulin ]
Ketoasidosis diabetic [ reaksi hiperglikemik ] :
Sakit kepala, kepala terasa ringan, gelisah terasa takut, tremor, keringat berlebihan dingin, kulit lembab, takikardi, bicara tersendat-sendat, lupa, kekacauan mental, kejang, kadar gula dara < 60 mg/dl.
Sangat haus, poliuria. Bau napas seperti buah, pernapasan kusmaul [ dalam, cepat, melelahkan, terasa menekan , sesak ], denyut nadi cepat dan lemah, selaput lendir kering dan turgor kulit buruk, kadar gula darah > 250 mg/dl.
Lokasi Injeksi Insulin
Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit yang longgar dapat dipakai sebagai tempat injeksi insulin termasuk abdomen, paha, lengan atas, pinggang dan kuadran atas luar dari bokong. Secara umum insulin akan lebih cepat diabsorpsi dari bagian atas tubuh seperti bagian deltoid dan abdomen dibanding dari paha dan bokong.
Rotasi dari injeksi terus dianjurkan guna menghindari absorpsi yang terhambat karena adanya fibrosis atau lipohipertropi akibat injeksi berulang hanya pada satu tempat. Asosiasi Diabetes America menganjurkan insulin dapat diinjeksikan pada satu daerah yang sama selama satu minggu dengan jarak setiap injeksi 1 ½ inci [satu ruas jari tangan] dengan penyuntikan insulin secara sub cutan atau tepat di bawah lapisan kulit.
Edukasi kepada klien yang menggunakan insulin :
Edukasi atau penyuluhan kesehatan tentang pemberian insulin dan perawatan pasien diabetes melitus merupakan tindakan keperawatan yang harus diberikan agar regimen terapeutik di rumah efektif dan menghindarkan terjadinya hospitalisasi ulang.
Penjelasan yang harus diberikan kepada klien atau orang tuanya adalah :
1. Cara penyimpanan insulin di dalam lemari es/pendingin dengan suhu 2-6 derajat celcius sehingga terhindar dari paparan sinar matahari dan meminimalkan potensi insulin di suhu ruangan, apalagi jika tutup vialnya dibuka
2. Dosis insulin yang didapat dan waktu penyuntikan insulin sebaiknya 30 menit sebelum makan atau selang waktu tertentu berdasarkan regimen insulin dan nilai kadar gula darah [dosisi yang diadviskan].
3. Cara pemakaian botol dan alat injeksi. Beritahu klien yang menggunakan NPH atau lente bersama-sama insulin reguler untuk mengambil insulin reguler terlebih dulu sebelum mengambil insulin NPH atau lente
4. Menjelaskan daerah-daerah pada tubuh yang dapat digunakan sebagai tempat absorbsi insulin dan anjurkan untuk mengganti tempat injeksi untuk mempertahankan absorpsi yang efektif dan mencegah lipodistropi.
5. Reaksi hipoglikemia lebih mudah terjadi pada saat waktu puncak kerja obat Ajarkan klien untuk penanganan hipoglikemi dengan menyediakan permen atau gula
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah yaitu :

Gula Darah Dosis Pemberian (unit)
<60 mg% 0
<200 mg% 5-8
200-250 mg% 10-12
250-300 mg% 15-16
300-350 mg% 20
>350 mg% 20-24

DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati Yuni. 2004. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
http://www.medicastore.com
http://robbynahason.blogspot.com